Postingan

2024

Tahun depan, sudah tak ada lagi kau dan dia. Aku paham benar, bahwa kau tentunya tak menyangka bila cemasmu kala itu, tentang akan masih bersamanya apa tidak di tahun mendatang, ternyata terbukti. Tidak akan ada lagi temu, tidak akan ada lagi rindu. Yang tinggal hanyalah segelintir memori manis pahit yang tadinya berenang-renang di dalam kepala namun berakhir tenggelam jua. Tahun depan, tanggal-tanggal itu akan hilang maknanya. Tanggal 28 sudah tidak akan lagi dirayakan, seperti yang telah kau lakukan selama beberapa bulan ini setelah kata usai itu terucapkan. Tanggal 17 sudah tidak akan lagi terasa manis, sebab sudah terlalu lama tidak ada kehangatan dan kelembutan di sana. Tanggal 19 tidak akan lagi dipenuhi tangis, sebab kini kau dan dia tidak hanya jauh secara geografis tapi juga dari kata romantis. Tanggal 18 mungkin masih menyesakkan, tapi toh ujungnya kau perlahan merelakan. Semua hanya akan menjadi angka biasa, bukan istimewa seperti yang dulu dilakukannya padamu. Semua hanya a...

Goodbye, Hun

Hai, kamu. Mungkin ini bakal jadi terakhir kalinya aku (berusaha) mengenang kamu, sebelum akhirnya aku akan benar benar mengubur semuanya tentang kamu. T erhitung tadi malam, akhirnya aku udah meng-unfoll kamu di instagram. K amu juga udah aku remove dari daftar follower aku. I t's not like, I'm having hard time moving on from you. It' s just, I t ry to make boundaries. I t ry to build a wall, a strong one, which I attempt to build it from bricks instead of glass. A ku cuma ingin membatasi kenangan-kenangan dari masa lalu itu dari kemungkinan menghalangi aku melangkah ke masa depan. Ga ada lagi yang bisa aku harapin kan? Aku juga gapernah berpikir akan adanya kesempatan kedua bareng kamu or something. A palagi kamu yang memutuskan itu semua, jadi aku rasa kamu sendiri juga engga menginginkan itu. Sekarang aku bener-bener lagi memulai hidup baru. L agi menciptakan diriku yang baru, yang tetep bersinar meskipun tanpa kamu. A ku baik baik aja kok, gausah kamu pusingin. A t som...

Pinokio

Kau tahu cerita pinokio, tidak? Ah, jangan langsung mengiyakan, biarkan aku mengarang alasan demi satu percakapan denganmu Ya, betul, boneka kayu itu, yang kau juga tahu bahwa kayu itu rapuh, sama seperti hati perempuan di depanmu Tapi, kalau tentang ini pasti kau belum tahu Bahwa aku ingin menjadi pinokio Yang pada tiap dusta bertambah senti demi senti ujung hidungnya Aku ingin menjadi pinokio Agar tak ada lagi ada tipu daya Cukup, aku lelah tak mengatakan yang sejujurnya, jika kau tak mungkin menaruh rasa, sebab kulihat teduh mata itu sudah tak sama Atau... memang tak pernah ada?

Apa Kabarmu?

Aku di sini. Hampa rasanya, tidak seperti kembali. Memandang biru cerah, berseri. Hanya lima menit setelah bel pulang sekolah seharusnya berbunyi. Panas, terik. Sama seperti pipiku ketika kau bilang aku cantik. Teringat tawamu, dan mochi matcha itu. Dan sekarang hatiku sendu. Seharusnya aku bersamamu, berbagi cerita di bangku perpustakaan seperti hari itu. Bukan terduduk di sini menekuri melodi lagu. Sendiri, terpaku. Delapan bulan begitu saja berlalu. Sialan! Peradaban dunia berubah seiring sikapmu. Tak pernah lagi kutemui kabar darimu menyapa di barisan teratas direct message . Terbawa emosi, aku pun ikut-ikutan berhenti menjadi penonton IG story . Sedihnya, kau terlihat tak peduli. Berbanding terbalik dengan aku yang menunggu setengah berharap. Apakah dengan begini aku bisa lupa? Tapi bayangmu terus saja berseliweran di kepala. Ah, ingin sekali aku tak lagi peduli kabarmu.

"Mungkin Dia Nggak Bermaksud Apa-Apa"

Gambar
Kadangkala, kalimat inilah yang membantuku merasionalkan pikiran. Ketika aku mengambil ancang-ancang untuk baper. Ketika aku mulai berpikir itu adalah salah satu kode darinya. Padahal, mungkin dia nggak bermaksud apa-apa. Dia nggak bermaksud mengkode siapa-siapa. Dia hanya ingin ngepost, dia hanya ingin ngeshare, dia hanya ingin ngelike bukan karena ada rasa. Sebatas itu. Lalu mengapa aku sok-sokan menafsirkan sesuatu yang sebenarnya nggak ada maknanya? Kalaupun ada, siapa yang tahu itu untuk siapa? Padahal, mungkin dia nggak bermaksud apa-apa. Akunya saja yang berpikir itu ada apa-apanya. Ya sudah, berhentilah kenapa-kenapa.

?

Gambar
Aku jadi bertanya-tanya, apakah yang tadi aku rasa. Mengapa tak seperti biasa, tak ada detak jantung yang lebih keras berirama. Aku jadi bertanya-tanya, apakah seharusnya kita lebih dari ini atau sudah cukup tak usah semakin jauh pergi. Apa seharusnya aku mengejarmu atau mari kita berjalan santai tanpa harus buru-buru. Aku jadi bertanya-tanya, sebodoh apakah aku sampai ingin menyerahkan hati padahal sudah tinggal sisa. Terlebih jika aku sebenarnya sudah tahu sebentar lagi sisa itu juga akan jadi luka. Aku jadi bertanya-tanya, mengapa aku harus bertanya-tanya? Sebelum kutemu jawabnya, biar aku menghirup lembut parfummu yang sebentar lagi akan sirna.

Nggak Tau

Gambar
Ada satu hal yang nggak bisa aku maklumi sejauh ini, perihal kepada siapa aku jatuh hati. Aku selalu mempertanyakan, kenapa aku nggak bisa nentuin sendiri hatiku bakal berlabuh ke mana, atau setidaknya mengontrol hati supaya tidak terlalu dalam memendam, tidak terlalu banyak mengharap. Kasihan hatiku, belum sepenuhnya sembuh oleh luka lama, sudah harus menerima perih yang baru. Udah lama air mataku habis dan aku nggak berniat nyetok lagi. Ah, biarkan aku kembali puitis sesekali!